BUDAYA
T E G A L
Berikut adalah daftar budaya di Kota Tegal.
SEDEKAH LAUT
SelengkapnyaPerayaan upacara Sedekah Laut merupakan tradisi masyarakat Kota Tegal terutama para nelayan yang tinggal di pesisir pantai utara. Perayaan upacara Sedekah Laut yaitu sebagai ungkapan rasa syukur, berkah dan rezeki dari hasil laut yang selama ini menjadi sumber pengasilan nelayan.
Serangkaian acara menyambut acara sedekah laut, setiap tahun, sebelumnya diawali acara kirab ancak. Pawai kirab dimeriahkan serangkaian acara kesenian. Selain itu ikut dikirab sejumlah kepala kerbau dan kambing. Setelah diinapkan satu malam, sejumlah kepala kerbau dan kambing esoknya dilarung. Prosesi larung sesaji diikuti puluhan kapal ikan, dan biasanya dalam acara larung sesaji ratusan warga ikut mengantar sampai ke tengah laut, tempat di mana seluruh sesajian diceburkan ke tengah laut.
Pada sedekah laut sedikitnya ada enam kepala kerbau,sesaji, enam replika dan rumah adat yang diangkut secara beramai-amai menggunakan kapal ketengah laut untuk di larung atau ditenggelamkan. Perayaan larung sesaji merupakan puncak dari tradisi sedekah laut yang diadakan secara rutin setahun sekali , setiap bulan muharram dan selalu dimeriahkan dengan berbagai kesenian lokal seperti tarian baro-baro, srakal, jaipong dan pagelaran wayang golek.
Perayaan sedekah laut biasanya berlangsung selama 2 hari pada bulan September atau Oktober. Sehari sebelum upacara larung sedekah laut, para nelayan membawa ancak untuk mengawali perayaan sedekah laut dengan mengarak ancak yang berisi kepala kerbau dan replika kapal.
Pawai ancak tersebut merupakan rangkaian tradisi sedekah laut sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang maha Esa atas rezeki yang diberikan dari hasil laut. Seperti biasa ribuan warga dari berbagai daerah, dari pagi hingga malam penuh antusias menyaksikan acara pesta sedakah laut. bersamaan acara sedekah laut, sejumlah usaha hiburan termasuk pedagang, sekarang mulai berdatangan.
Selain sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia yang diberikan Tuhan yang maha esa, tradisi sedekah laut juga sebagai ajang silaturahmi serta untuk mempererat kerukunan para nelayan. Karena keseharian mereka mencari ikan di laut sehingga jarang bertemu dan kumpul secara bersama-sama
LOKASI
KHAUL AL HADDAD
Selengkapnya
Sosok Habib Muhammad bin Thohir Al Haddad merupakan sosok ulama besar yang menjadi daya tarik banyak orang menghadiri haulnya. Semasa hidup beliau melaksanakan syiar Islam dan berdakwah di yaman, India, pakistan, haidarabad dan negera-negara di Timur tengah.
Beliau dilahirkan di Kota Qidun-Yaman pada tahun 1838 M, semasa kecil banyak dihabiskan belajar ilmu agama dan membaca Al-Qur’an, karena keluarganya merupakan keturunan dari Tokhiburotid Al Haddad atau keturunan pada wali di negeri Yaman. Di dalam perjalananan dakwahnya, beliau menikah dan dikaruniai dua orang putra, yaitu Habib Alwi dan habib Husein. Keduanya diutus untuk melaksanakan syiar di Indonesia.Habib Husein berdakwah di Jombang dan Habib Alwi di Bogor. Kedua putranya ini merupakan tokoh perjuangan islam di Indonesia, dengan banyak mendirikan pondok pesantren dan madrasah-madrasah.
Muhammad bin Tohir mengunjungi kedua putranya, sekaligus juga melakukan syiar Islam di Indonesia. Sesampainya di Indonesia tepatnya di Surabaya, bertemu dengan kedua putranya dan dilanjutkan dengan berdakwah di daerah-daerah, salah satunya di Tegal. Di Tegal inilah menjadi tempat peristirahatannya yang terakhir.
Pada tahun 1316 H (1885 M) diusianya yang ke-43 tahun, beliau wafat setelah sebelumnya jatuh sakit dan dikebumikan di pemakaman yang dikenal dengan Makam Al Haddad di Jalan Salak Kota Tegal. Dibuatkanlah Kubah nan megah yang menutup makam Habib Muhammad bin Tohir. Untuk menghormati dan mengenang almarhum, seorang sahabatnya Al Habib Muhammad bin Idrus Al Alhabsy menggelar Khaul yang dilaksanakan setiap tanggal 15 Sya’ban karena bertepatan dengan malam Nisfu Sya’ban.
Untuk pertama kalinya, Khaul habib Muhammad bin Tohir merupakan khaul pertama kali di Indonesia dan Habib Idrus adalah seorang pelopor. Di dalam kubahnya tidak hanya makam Habib Muhammad bin Tohir saja, tepat disampingnya adalah makam putranya, Habib Husein yang banyak berdakwah di Jombang, karena almarhum mewasiatkan untuk dimakamkan di Tegal, sedangkan putra keduanya yaitu Habib Alwi dikebumikan di Bogor.
Sementara masih di sekitar kubah tetapi berada di luar, terdiri dari makam-makam cucu termasuk Habib Abdullah bin Hasan yaitu Habib Hasan bin Husein Al Haddad. Di setiap peringatan khaul yakni malam 15 Sya’ban hingga hari 15 Sya’ban dibacakan doa bersama dan sejarah hidup almarhum. Khaul ini selalu ramai dan dikunjungi warga baik dari daerah di Indonesia maupun dari luar negeri. Almarhum merupakan ulama yang dikenal sangat dermawan dan tokoh perjuangan Islam yang namanya juga tercatat di sejarah baik di Yaman, India, Pakistan dan negara-negara Arab. Dalam Khaul ini juga disajikan makanan khusus yaitu Nasi Kebuli untuk warga yang menghadiri Khaul.
MANTU POCI
SelengkapnyaPilihan akomodasi yang ideal untuk Pasangan, Backpacker dan Liburan Keluarga.
Tradisi mantu poci merupakan salah satu tradisi unik yang dimiliki Kota Tegal. Mantu poci secara bahasa berasal dari dua kata yaitu mantu dan poci. tembikar untuk menyeduh kopi, teh, dsb. Dapat diartikan secara sederhana bahwa mantu poci merupakan sebuah pesta pernikahan antara sepasang poci. Pernikahan sepasang poci tersebut menjadi simbol pernikahan sepasang manusia. Tradisi Mantu Poci merupakan tradisi yang sangat unik, karena tradisi ini adalah tradisi menggelar pesta pernikahan antara sepasang poci. Tradisi ini digelar oleh pasangan suami - istri yang tidak mempunyai keturunan. Tradisi Mantu Poci mempunyai makna tentang sebuah do'a pengharapan keturunan. Do'a tersebut diwujudkan dengan cara mengadakan sebuah prosesi pernikahan dan mengundang masyarakat. Proses menikahkan sepasang poci ini sama seperti resepsi pernikahan pada umumnya, hanya saja mempelai laki-laki dan perempuannya digantikan dengan sepasang poci. Tradisi mantu poci hanya dilakukan di beberapa wilayah di Kota Tegal khususnya di wilayah pesisiran seperti: Kelurahan Muarareja, Cabawan, Kerandon, Tegalsari, Margadana, dan Tunon. Namun seiring dengan perkembanagan zaman dan teknologi sudah jarang ditemukan, masyarakat yang menggelar tradisi mantu poci tersebut.
Selain sebagai harapan agar pasangan suami istri segera mendapatkan keturunan, mantu poci juga bertujuan agar penyelenggara merasa seperti menjadi layaknya orang tua yang telah berhasil membesarkan putra putri mereka, kemudian dilepas dengan pesta besar dengan mengundang sanak saudara, dan relasi.
Mantu Poci sudah jarang digelar di Tegal. Salah satu repertoar yang diusung oleh Dewan Kesenian Kota Tegal di Anjugan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah tahun 2003 adalah mementaskan drama berjudul "Kang Daroji Mantu Poci", dikemas secara komedi. Tanggal 22 Juni 2019, lakon ini dimainkan kembali di bawah arahan Yono Daryono oleh Teater RSPD Tegal dalam Festival Teater Daerah, berhasil menang di kategori Sutradara Terbaik dan Pemeran Utama Terbaik (Mamerh Suwargo). Setelah itu, 30 Agustus 2019, digelar di Taman Budaya Tegal.
BALO-BALO
SelengkapnyaBalo-Balo merupakan seni tradisional asal Tegal yang sejatinya sudah menjadi bagian dari masyarakat setempat sejak lama. Seni rakyat ini memadukan musik, tari, dan lakon dalam pementasan. Lantaran kalah dengan seni modern, seni Balo-Balo yang biasa mengiringi Mantu Poci perlahan tergerus zaman. Kendati begitu, kini mulai banyak anak muda yang nguri-uri kesenian tersebut.
Istilah balo-balo berasal dari kata “bolo-bolo”, yang berarti kawan-kawan. Sementara, Balo-Balo Mantu Poci adalah pertunjukan seni rakyat yang memadukan unsur musik Balo-Balo dengan cerita mantu poci..
Konon, kesenian Balo-Balo yang telah ada sejak penjajahan Belanda itu semula digunakan sebagai sarana syiar atau dakwah agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kesenian ini justru digunakan untuk mengelabuhi para penjajah.
Ketika para pejuang berkumpul menyusun strategi melawan penjajah, warga lain berkerumun sembari menabuh rebana dan asyik berdendang. Ini membuat para penjajah nggak curiga dan menganggap warga sedang bersenang-senang menggelar hiburan.
Kini, Balo-Balo digelar untuk menjalin komunikasi antarwarga. Lantunan syair yang dituturkan para lakon menggunakan dialek Tegal deles (asli), tanpa unsur bahasa Indonesia maupun bahasa daerah lain. Lagu tersebut dinyanyikan dengan iringan perkusi. Adapun pengiring syair puja, puji, kritik, serta guyon wangsalan khas Tegal itu adalah musik rebana, kendang, gending slendro, bas, serta gitar.
Dalam pentas, tak jarang penonton tebahak atau bertepuk tangan di tengah alunan musik gending-gending tegalan yang dinamis. Tabuhan kendang Jawa dan petikan bas juga semakin bikin hati berdesir. Duh, syahdunya!
RUWATAN PAI
SelengkapnyaRuwatan PAI (sedekah PAI), adalah kegiatan yang dilakukan oleh warga sekitar Pantai Alam Indah sebagai ungkapan rasa syukur, dan juga untk tolak balag agar pengunjung PAI aman sentosa.
Disamping itu, menjadi media atas segala limpahan karunia yang telah diberikan warga atas limpahan karunia-Nya. Tradisi ruwat PAI ini memang merupakan kegiatan yang belum lama dilakukan di kompleks PAI Kota Tegal, namun sudah menjadi agenda wisata yang menarik warga dan pengunjung PAI.
Ruwat PAI diadakan setahun sekali, dan diadakan setelah Lebaran Idul Fitri. Ruwat PAI biasanya disemarakkan dengan pertunjukan budaya lokal yang menampilkan seperti kesenian Tegal, dalam kegiatan tersebut akan diramaikan berbagai hiburan dari para seniman. Antara lain, pentas musik tradisional Balo-balo, kirab ancak, pentas wayang ruwat, larung ancak ke laut, lomba hadroh dan wayang golek pakeliran. Tujuannya tidak lain agar PAI Kota Ttegal terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
LOKASI
PAWAI ROLASAN
SelengkapnyaSesuai namanya yakni pawai, merupakan kegiatan yang identik dengan kemeriahan yang diwujudkan dalam sebuah penampilan untuk dipertontonkan. Pawai Rolasan merupakan perwujudan keceriaan warga Kota Tegal dalam menyambut Maulid Nabi Mmuhammad SAW. Pawai ini pada awalnya dirintis oleh K.H. Mukhlas sebagai upaya penggalang massa di masa kolonial.
Pada saat itu kegiatan tersebut dikenal dengan nama Pawai Oncor atau Obor dilaksanakan malam 12 Robiul Awal. Berangkat dari kediaman K.H. Mukhlas yang saat ini dikenal dengan daerah Panggung di Kota Tegal. Masyarakat beramai-ramai membawa obor dan berjalan mengikuti rute di jalan-jalan Kota Tegal. Seiring perkembangan waktu, pawai oncor kini berganti nama menjadi Pawai Rolasan.
Pemilihan nama Rolasan diambil dari angka 12 Rabiul Awal atau bahasa Tegal berarti rolas. Pawai Rolasan kini tidak hanya menampilkan Pawai Oncor saja, melainkan penampilan-penampilan seni Islam yang lebih meriah dengan peserta tidak hanya masyarakat sekitar saja, melainkan dari luar Kota Tegal. Ada penampilan pawai jalan kaki, kendaraan hias, marching band, seni musik Islam dan calung.
Peserta terdiri dari sekolah-sekolah Islam, Ormas Islam, Lembaga Dakwah Islam, dan group seni musik Islam dari Tegal, Slawi, Brebes, dan Pemalanag. Kegiatan dimulai sekitar pukul 19.30 ini selalu ramai dipadati penonton di pinggir jalan yang dilintasi peserta pawai. Keunikan ditampilkan dan musik-musik yang mengalun membuat masyarakat yang menonton rela berdesak-desak
LOKASI